S...,
Tiupan seruling tak lagi indah
hanya mencipta hingar bingar pemecah gendang telinga
serupa hentakan underground riuh piuh
Tetesan embun di ujung daun pun tak lagi sejuk
menjelma jarum yang menusuk pori-poriku di dingin subuh
serupa senjata bius yang gagal menaklukkan singa
Beribu malam kuhabiskan mendesiskan namamu, S...
walau hanya tinggal suara tak bernada pembasah bibir pecah-pecahku
menjelma serupa mantra bagi cinta yang sia-sia
Sungguh dengan ketidakrelaan kulepas engkau pergi...
Kemudian waktu menjadi obat bagi luka di kelopak asmaraku
...karena generik, obat itu tak cukup cepat kerjanya, huh!
Lintang pukang kuusir bayangmu dari sudut mata merahku
Aku benci!
......................bayanganmu malah mawujud ketika sayatan luka hampir sembuh
S...,
Mengapa tak kau beri jeda otakku dari keterpasungan kesumat cinta ini?
...........................
D...,
Berebut-rebut hasrat dan gairah kau sumpalkan di pahit hari-hariku
kadang membias semu seakan inilah cinta abadi
kadang membentur kesadaran bahwa ini hanya halusinasi...euphoria katamu
Siapa pula cenayang yang meramal hadirmu?
kau menjelma begitu saja tanpa tanda tanya
kau salju di lancip Himalaya...
Kukutuk pula engkau dengan rayuan syairku
hingga menghambalah engkau pada keinginan nakalku
Kau memujaku sebagai dewamu, Sayang...
mengagumiku serupa Luna kepada Nazril
Aku benci!
......................lalu begitu saja kau renggut hati bertekuk lutut hingga terjajar di ujung gamis birumu
D...,
Mengapa tak kau beri jeda otakku dari keterpasungan kesumat cinta ini?
Sedari aku mengenal asmara hingga senja pula raga
tak pernah kumengenal cinta seperti adanya cintaku padamu
S...kemudian D...
Benci dan cintaku abadi menggelayutimu...S...kemudian D...hingga tercabut ruh ini!
RGS, 17 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar