Engkau salah menikam tepat di tengah dadaku...
Di sana, di dalamnya, sudah tidak ada apa-apa,
selain sebongkah daging hitam berbelatung belang-belang, yang telah mati sepekan silam.
Baiklah, kukisahkan saja padamu kejadian itu...
Aku menamakan bongkahan itu Kalbu
Pada buku-buku pelajaran, mungkin bongkahan itulah yang disebut-sebut sebagai hatiku
Sepekan silam, ketika ia merayu-rayu isi kepalaku untuk memikirkanmu,
isi kepalaku sedang penat menghadang halimbubu
Hal itu membuat rengekannya tak lagi merayu...ia pilu mengharu biru
Mencari sesiapa sebagai perantara menujumu
Menghiba pada sang bayu untuk menyampaikan pesan rindu..padamu
Memaksa aksara merangkai puisi...buatmu
Duh, juwita...
Ingatkah engkau?
Kucoba bujuk ia dengan mengabarkan kesibukanmu memimpi seroja,
...ia tak percaya!
Kucoba sadarkan bahwa ia tak sekasta dengan hatimu yang bermahkota,
...ia gelengkan kepala!
Aku benar-benar kehilangan akal atas ulahnya yang menorehkan namamu di dindingnya
"Kau akan terluka, Kalbu!"
...ia tak percaya!
...ia gelengkan kepala!
Aku akhirnya hanya bisa menyaksikan ketersiksaannya merindukanmu...
Sepekan lalu itulah, Kalbu mati mengenaskan!
Aku menyaksikannya...
Lalu buat apa lagi kau tikam aku tepat di tengah dadaku, dimana di dalamnya hanya tinggal sebongkah daging hitam berbelatung belang-belang yang telah mati sepekan silam karena merindukanmu???
RGS, 20 Mei 2011
sebegitukah ... or it's just a note
BalasHapus