perempuan itu mengais cinta di gundukan nestapa
compang-camping hatinya
tak beralas pula jiwanya
dengan gigih diseruaknya onggok demi onggok
meski di hati kecilnya terbersit kata percuma,
ia tak hirau...
perempuan itu menebar rindu di tumpukan luka
tersaput angin resahnya
tak berbekas pula gundahnya
lihatlah!
pada titik dimana putus asa menghampiri; ia menemukan cinta itu!
cinta yang diperjuangkan dengan harga diri, keringat dan airmata
cinta nan begitu indah di matanya...
belatung yang keluar dari cinta itu,
...serupa anugerah hidup baginya
jamur yang tumbuh di lapuk cinta itu,
...serupa payung dari terik deritanya
pun lumut-lumut yang membungkus cinta itu,
...serupa selimut bagi kesepiannya
cinta yang ditemukannya di gundukan nestapa,
adalah cinta yang telah lama mati berkalang darah
bahkan waktu telah mengundang belatung, jamur dan lumut turut serta
olala!
perempuan itu masih jua menebar rindu
pada tumpukan luka
disiraminya darah
pada tumpukan luka
dengan satu harapan, di suatu ketika, darah itu 'kan bergejolak jua...
dengan gejolak yang sama di dadanya
RGS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar