BENING DAMHUJI
Suara-suaramu sangar melangit
Sedangkan kau tetap tengkurap di tempat tidur
Sesekali kau membusungkan dada di pinggir jalan
Sembari menghitung jumlah debu yang diam
Kau merutuk mencercah bahkan menyemburkan liur di sana-sini
Apakah kaupikir ludahmulah yang meluapkan air di sungai-sungai?
Kau acungkan pedang tumpul meretas semak tanpa onak
Kau lupa para pendahulu telah merambahi sebelummu
Karena sayatan lalang rapuh, lolonganmu nyaris memecahkan batu-batu gunung
Kau henyak melihat burung membuat sarang dari ranting
Sementara kau tak pernah mampu membuat tikar dari rotan
Kau hanya mampu membaca aksara-aksara mati
Tak jelas!
Kau hanya pandai menghitung angka-angka dari balik selimut
Dalam mimpi-mimpi penidur!
Kau hanya memuja percikan api di tungku, tapi mengabaikan matahari
Kau mengutuk sengatan lebah, tapi mengabaikan manisnya madu!
(Apakah aku harus membakarmu saja?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar