___________________________ANNI SOETARDJO
ibu, benarkah
apa yang mereka katakan tentang cinta sepanjang jalanmu, kini aku
sampai juga di tepi laut merah dan Tongkat Musa yang kau pusakai
sewaktu lima belas tahun akil balighku tak tahu harus kuapakan
selama ini aku hanya tahu membelah rambut dan batang bambu
ibu, derap debu mereka telah pekat di belakangku dan kelebat senyummu
datang berduyun-duyun meningkahi tangis panikku, aku seperti renik
mengapung di air goncang tak yakin merenangi ombak yang mana
haruskah kutekukkan lututku di kaki titisan Fir’aun
aku takut, Bu…
kuatkan rapuhku, ini hanya sebentar lagi
akan kubayangkan semua cinta sepanjang galahku bertautan cintamu
membentangkan jalan ke sebrang dunia mana saja kumaui, mungkin
akan kupilih berada di kerutan dua alismu atau di hangat dada kendurmu
atau sisakan satu pintu tak terkunci, agar kita bisa mengetuknya bersama
membuka surga yang firdaus, kata Pak Ustadz di suatu pengajian malam Kamis
ya Bu, aku mulai mengerti
sebenarnya aku tak butuh Tongkat Musa untuk membelah lautanku
galah kecilku pasti mampu menjadi tumpu limbanganku
bahkan sebenarnya aku tak perlu lari dari orang-orang malang
yang tak pernah disusui ibunya itu…
: Madura, 20 Februari 2012_________________________mencoba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar