maka kususuri panjang rel kereta api. singgah sebentar di warung kopi.
di seberang warung kopi berdiri megah sebuah bank. keluar masuk begitu sibuk kulihat orang-orang. hehehe...ternyata dari cara jalan mereka bisa dibedakan yang mana yang baru mencairkan kredit, yang mana yang baru transfer uang buat anaknya kuliah di ibukota. tukang parkir panen besar. sempritan pluitnya nyaring sangat. terbayang mungkin mobil-mobilan yang dapat dibawa pulang buat si buyungnya. atau boneka barbie buat si upik? hihihi..bayangan saja mengenal gender juga rupanya.
aku menghitung perpisahan kita melalui pertemuanku dengan purnama. dan ini sepertinya sudah lewat tujuh purnama. wajar aku rindu. maka kususuri kembali rel kereta api. dekat kantor polisi ada kerumunan orang hiruk pikuk. ada yang berkelahi rupanya. dua orang anak muda masing-masing pakai belati.
kotamu tak lagi seperti dulu. tak seperti waktu kita menghabiskan waktu libur seminggu. rel kereta masih begitu. warung kopi masih begitu. bank megah masih begitu. aku pergi mencari sesuatu ke kotamu. aku mencari aromamu pada udaranya. rindu yang memaksaku.
ketika berpapasan dengan tukang parkir, aku berbisik, "tak ada aroma itu, bang."
RGS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar