___________________________ANNI SOETARDJO
ibu, benarkah
apa yang mereka katakan tentang cinta sepanjang jalanmu, kini aku
sampai juga di tepi laut merah dan Tongkat Musa yang kau pusakai
sewaktu lima belas tahun akil balighku tak tahu harus kuapakan
selama ini aku hanya tahu membelah rambut dan batang bambu
ibu, derap debu mereka telah pekat di belakangku dan kelebat senyummu
datang berduyun-duyun meningkahi tangis panikku, aku seperti renik
mengapung di air goncang tak yakin merenangi ombak yang mana
haruskah kutekukkan lututku di kaki titisan Fir’aun
aku takut, Bu…
kuatkan rapuhku, ini hanya sebentar lagi
akan kubayangkan semua cinta sepanjang galahku bertautan cintamu
membentangkan jalan ke sebrang dunia mana saja kumaui, mungkin
akan kupilih berada di kerutan dua alismu atau di hangat dada kendurmu
atau sisakan satu pintu tak terkunci, agar kita bisa mengetuknya bersama
membuka surga yang firdaus, kata Pak Ustadz di suatu pengajian malam Kamis
ya Bu, aku mulai mengerti
sebenarnya aku tak butuh Tongkat Musa untuk membelah lautanku
galah kecilku pasti mampu menjadi tumpu limbanganku
bahkan sebenarnya aku tak perlu lari dari orang-orang malang
yang tak pernah disusui ibunya itu…
: Madura, 20 Februari 2012_________________________mencoba.
Jumat, 24 Februari 2012
Selasa, 07 Februari 2012
Bilik Sunyi
seruang putih semula suci
dipercik tinta hitam noda hari ke hari
diusap kasih karat menggelap
dibasuh zikir tak jua kilap
siapa yang berdiam di bilik sunyi?
apa yang berlumut di bilik sunyi?
rindu tak berbalas pun berjawab
terkatung-katung bersama tanya
cinta lama terkubur tak terurus
lampu bilik redup
cahaya minggat
padam
siapa yang berdiam di bilik sunyi?
apa yang berlumut di bilik sunyi?
adalah dia semestinya layak
adalah doa selayaknya mesti
penghuni bilik sunyi
hati
Bengkulu, 07 Februari 2012
dipercik tinta hitam noda hari ke hari
diusap kasih karat menggelap
dibasuh zikir tak jua kilap
siapa yang berdiam di bilik sunyi?
apa yang berlumut di bilik sunyi?
rindu tak berbalas pun berjawab
terkatung-katung bersama tanya
cinta lama terkubur tak terurus
lampu bilik redup
cahaya minggat
padam
siapa yang berdiam di bilik sunyi?
apa yang berlumut di bilik sunyi?
adalah dia semestinya layak
adalah doa selayaknya mesti
penghuni bilik sunyi
hati
Bengkulu, 07 Februari 2012
Senin, 30 Januari 2012
Menggugat Debu
kausimpan rapat rahasia sepotong kue serabi
tentang campuran apa yang menyembulkan pori-pori
namun terlupa gigi ompong di tengah
sepotong sisa nasi kisruhi adonan keramat
siang tak mengabarkan apa-apa selain gerah
tentang panas yang semestinya belum musim
namun hujan sah-sah saja enggan turun
masa katak beranak pinak dalam tempurung
hilang sudah berganti cumbu ular di rumpun bambu
mata jernihmu tak kujumpa di warung gado-gado sebelah rumah
tentang aromamu tertinggal di angin semilir
bukan bau yang biasa kuhidu
namun siapa larang jika kaubosan jadi babu?
kubuat catatan kecil tentangmu
bahwa tak seharusnya debu hinggap di lipatan baju
semestinya gerimis menggagalkan muslihat-muslihat
agar senja nanti langit berwarna merah jambu
Bengkulu, 7 Januari 2012
tentang campuran apa yang menyembulkan pori-pori
namun terlupa gigi ompong di tengah
sepotong sisa nasi kisruhi adonan keramat
siang tak mengabarkan apa-apa selain gerah
tentang panas yang semestinya belum musim
namun hujan sah-sah saja enggan turun
masa katak beranak pinak dalam tempurung
hilang sudah berganti cumbu ular di rumpun bambu
mata jernihmu tak kujumpa di warung gado-gado sebelah rumah
tentang aromamu tertinggal di angin semilir
bukan bau yang biasa kuhidu
namun siapa larang jika kaubosan jadi babu?
kubuat catatan kecil tentangmu
bahwa tak seharusnya debu hinggap di lipatan baju
semestinya gerimis menggagalkan muslihat-muslihat
agar senja nanti langit berwarna merah jambu
Bengkulu, 7 Januari 2012
HUJAN
Murung
Kelam sekeliling menelikung
Hangat kopi memancing badung
Yang menang tetaplah sarung
Genang
Mata langit meruah linang
Buram jendela mengabur pandang
Bibir monyong sedari pagi terhidang
Hujan
Bikin Sutan jadi kurang kerjaan
Menulis puisi sambil fesbukan
Menangisi rindu telah bosan
Bengkulu, 8 Januari 2011
Kelam sekeliling menelikung
Hangat kopi memancing badung
Yang menang tetaplah sarung
Genang
Mata langit meruah linang
Buram jendela mengabur pandang
Bibir monyong sedari pagi terhidang
Hujan
Bikin Sutan jadi kurang kerjaan
Menulis puisi sambil fesbukan
Menangisi rindu telah bosan
Bengkulu, 8 Januari 2011
Pertempuran
dia mengintai dari balik selimut
menatap gerakku tak berkedip
sambil mengasah pisau dengan batu dendam,
__bukannya aku tak tahu
aku mengintai dari balik tirai
menunggu lengahnya tak berjeda
sambil mengisi senapan dengan peluru kesumat,
__bukannya dia tak tahu
perseteruan ini menunggu puncak
saat rencana busuknya bertemu akal busukku
dipastikan meledak di gelanggang berdarah
dengan cabikan di hati dan jiwa
sedangkan air mata penyaksi hanya bumbu
hingga dua petarung gugur dalam tangis sesal
__bukannya kami tak tahu
Bengkulu, 9 Januari 2012
menatap gerakku tak berkedip
sambil mengasah pisau dengan batu dendam,
__bukannya aku tak tahu
aku mengintai dari balik tirai
menunggu lengahnya tak berjeda
sambil mengisi senapan dengan peluru kesumat,
__bukannya dia tak tahu
perseteruan ini menunggu puncak
saat rencana busuknya bertemu akal busukku
dipastikan meledak di gelanggang berdarah
dengan cabikan di hati dan jiwa
sedangkan air mata penyaksi hanya bumbu
hingga dua petarung gugur dalam tangis sesal
__bukannya kami tak tahu
Bengkulu, 9 Januari 2012
Sajadah
Pada kuning hamparmu, sujudku berkhidmat
Bulir-bulir adalah harapan penuh senyum
Matahari dan sungai merangkai pelangi
Pada lupa akan bergantinya musim, kepalku meradang
Retak-retak tanah adalah matinya tengadah syukur
Matahari dan sungai bergidik mengkerut
Sajadahku berduri
Kuinjak sekeruh hati, sebagai alas maki-makian keji
Pada air sungai yang tak lagi mengaliri
Bengkulu, 10 Januari 2012
Bulir-bulir adalah harapan penuh senyum
Matahari dan sungai merangkai pelangi
Pada lupa akan bergantinya musim, kepalku meradang
Retak-retak tanah adalah matinya tengadah syukur
Matahari dan sungai bergidik mengkerut
Sajadahku berduri
Kuinjak sekeruh hati, sebagai alas maki-makian keji
Pada air sungai yang tak lagi mengaliri
Bengkulu, 10 Januari 2012
Langganan:
Postingan (Atom)